Hadis Hadis
Dzikir dan do’a
Oleh: Muhammad Ibdaul Hasan Am Asroh
I.
Pendahuluan
Sebagai makhluk Allah Subhânahu wa Ta’âlâ yang diberi akal serta nafsu, tentunya setiap
manusia memiliki keinginan dalam hidupnya, baik itu keingingan duniawi maupun
akhirat. Keinginan tersebut tentunya akan terlaksana jika manusia berikhtiar,
berusaha serta berdoa kepada Yang Maha Mengabulkan, al-Mujīb al-Da’wah,
yakni Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Berdoa sendiri juga berfungsi sebagai
dzikir ‘amaliy sebagai cara taqarrub atau mendekatkan diri kepada
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.
Namun banyak dari manusia yang tidak mengerti tata cara berdoa yang
baik kepada Tuhannya, ada juga dari mereka yang berdoa hingga melampaui batas. Maka dari itu dalam al-Qur`an Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menjelaskan perintah serta tata cara berdoa yang baik
kepada hamba-Nya supaya do`a mereka dikabulkan oleh-Nya. Begitu juga tatacara berdo’a juga terdapat di hadis-hadis Nabi Salla
Allah ‘Alaihi wa sallam. Sebelumnya kami akan menunjukan apa itu dzikir,
bentuk-bentuk dzikir beserta kalimat-kalimat yang termaktubnya. Begitu juga
mengenai korelasi dzikir, pahala dibalik dzikir.
II.
Menjelaskan Makna Do’a
Do’a secara bahasa adalah memanggil,
memohon, dari akar kata دَعَا يَدْعُوْ دُعَاءً Yang berarti memanggil. Menurut istilah Ulama’ Ahli Gramatika Arab
(ahli nahwu), adalah mencari sesuatu atau memohon sesuatu dari orang yang lebih
rendah kepada dzat yanng lebih tinggi.
Dan do’a menurut Ulama’ ahli Akhlak (tasawuf) adalah upaya untuk
menghambakan diri kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dengan mengakui
segala bentuk kelemahan, serta mengharab dan memohon rahmat dan pertolongan
kepadan-Nya, sebagai wujud dari kepatuhan diri kepada Allah Subhânahu wa
Ta’âlâ. Karena ada perintah Allah “ Berdo’alah kalian semua kepadaku,
niscaya aku akan mengabulkannya untuk kalian “.
Berdo’a hukumnya wajib, walaupun tanpa berdo’a rahmat dan
pertolongan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ juga akan turun. Dilalah al
Amri dalam do’a menunjukan dilalah wajib. Artinya, dalam kondisi
yang sebagaimanapun, do’a tetap diperintahkan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.
Dan kita wajib menjalankannya, karena do’a yang afdlal adalah do’a yang
dalam konteks menjalankan perintah, bukan do’a dalam konteks meminta jatah
(rezeki) dari Allah. Walaupun juga tidak bisa dipersalahkan, do’a dalam konteks
yang kedua ini.
Rasulullah Salla
Allah ‘Alaihi wa sallam bersabda;
الدُّعاَءُ سَلاَحُ المُؤمِن
Do’a adalah laksana pedang bagi orang mu’min.
Artinya, do’a adalah senjata, ketika kekuatan fisik, kekuatan
inderawi sudah tidak memadai. Logikanya adalah seseorang itu akan mencabut
pedang, kalau tangan kosong tidak mampu menghadapi. Seseorang akan memanjatkan
do’a, ketika jiwa dan raganya tidak lagi mampu menanggung atau menghadapi
masalah.
Makanya, dalam berdo’a, idealnya (umumnya) tidak memakai
kalimat-kalimat yang mengandung unsur takabur, riya’, pamer ilmu dan
lain-lain, kecuali shiqhat do’a yang sudah maurud dari Rasulullah
Salla Allah ‘Alaihi wa sallam.
B.
Dalil-Dalil Tentang Do’a
Sebenarnya hadis di atas sudah cukup untuk memberikan tendensi
tentang anjuran do’a. Hanya saja penyebutan hadis di atas bukan untuk
menunjukan kewajiban dzikir. Adapun dalil mengenai dzikir, dalam Al-Qur’an
Allah memberikan jalan salah satu firmanya ialah:
Selain dalil itu, Nabi juga menerangkan mengenai dzikir, bahwasanya
dzikir itu sebagian dari ibadah
عن
النّعمان بن بشير رضي الله عنهما عن النّبيّ قال: الدّعاء هو العبادة, رواه أبو
داود و التّر مذيّ: وقال حديث حسن صحيح.[3]
Dan dalam al-Qur’an
Allah sangat jelas menganjurkan akan pentingya berdo’a dalam Surat Al-A’rāf ayat 55 dan 56:
ادْعُوا
رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (55) وَلَا
تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ
رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (56)
Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan
rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an :
ﻭﺍﺩﻋﻮﻩ
ﻣﺨﻠﺼﻴﻦ ﻟﻪ ﺍﻟﺪﻳﻦ
Artinya :"Dan berdo'alah kepada Tuhan dengan mengikhlaskan
'ibadat hanya untuknya" (Al-A'raf : 29).
Dalam ayat ini Tuhan
memerintahkan agar sekalian manusia berdo'a kepadanya & mengikhlaskan do'a
itu hanya untuk-Nya.
C.
Bentuk-Bentuk Dzikir
1. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah
sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan,
yaitu Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Dengan melakukan dzikir seperti ini,
keimanan seseorang kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ akan bertambah.
2.
Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan
cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang
telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya
adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca
Al-Qur'an dan sebagainya.
3.
Dzikir
dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan
menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan
harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah
untuk mendapatkan keridhoan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Dengan demikian
menuntut ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang
diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.
وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ
أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.[4]
D.
Kalimat Thaiyibah
Dari Abu Hurairah Radiyallahuanhu
katanya: Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa sallam bersabda: “ ada
dua kalimat yang ringan pada lisan yakni mudah diucapkan tetapi berat sekali
dalam timbangan di akhirat, dicintai oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ
yaitu Subhanallah wa bihamdih dan Subhanallabil ‘azhim.”[5]
1. Bismillahirrahmanirrahim
Diucapkan setiap kita mengawali segala
perbuatan. InsyaAllah, jika lidah kita terbiasa, perbuatan ini sudah menjadi
refleks kita, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menghindari perbuatan buruk
kerana kita sentiasa diingatkan bahawa Allah Subhânahu wa Ta’âlâ melihat
perbuatan kita. Kalimat ini sekaligus mengingatkan kita, bahawa segala sesuatu
adalah milik Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, termasuk diri kita yang hina
ini. Juga setiap perbuatan kita, hendaknya semua berada di garis yang
ditetapkan Allah. Dalam sebuah hadis Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa
sallam bersabda: "Bahawa setiap perbuatan baik yang tidak dimulai
dengan kalimat Basmalah, maka perbuatan itu tak berkah."
2. Alhamdulillah[6]
Inti dari dzikir ini
adalah ungkapan rasa syukur atas kurnia dan rahmat Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.
Sesungguhnya pancaran perasaan syukur adalah energi kehidupan yang sangat besar
bagi manusia. Mereka yang paling banyak bersyukur bererti telah diberi banyak
kelebihan berbanding orang lain. Mengenai hal ini, Allah telah berfirman:
"Bahawa Allah akan menambah rahmat nikmatNya kepada mereka yang mampu
bersyukur."[7]
Dengan mengucap kalimat ini setiap selesai melakukan satu pekerjaan, manusia
seakan menguatkan keyakinannya bahawa tak akan pernah terjadi sesuatupun tanpa
campur tangan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Jika sesuatu itu baik,
dirasakan sebagai pertolongan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Jika sesuatu
itu kurang baik, tetap disyukuri dengan berkeyakinan bahawa itupun sudah lebih
baik dari pada tidak sama sekali. Dan manakala seseorang telah terbiasa
mengucap syukur untuk hal-hal yang kecil, maka ketika Allah Subhânahu wa
Ta’âlâ menganugerahkan nikmat yang lebih besar, maka kenikmatan yang
dirasakan orang tersebut akan berlipat ganda.
3. Astaghfirullah[8]
Allah Subhânahu
wa Ta’âlâ telah berfirman: "Orang-orang yang berbuat kekejian atau
menzalimi dirinya lalu ingat kepada Allah, maka minta ampunlah untuk mereka
atas dosa-dosa yang dilakukan."[9]
Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Dia menciptakan manusia
sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah bisa berbuat silap, sekaligus Dia
menyediakan 'ubat' bagi kesilapan tersebut. Bagi mereka yang pandai meminum
ubat ini, maka mereka tak akan terserang penyakit hati yang lebih serius. Allah
Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertaubat dan sedar telah
berbuat kesilapan. Umat Islam harus membasahkan bibir mereka dengan istighfar
ini, sehingga noda-noda dosa yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap
hari tidak segera menompok menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin banyak
noda-noda ini, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah
bahawa kebanyakan kesalahan besar bermula dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang
tidak dibenarkan. Sayangnya, seringkali manusia terlambat menyedari
kekhilafannya itu. Untuk menghindari kelambatan taubat, maka dianjurkan untuk
istiqamah mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau
dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi
wa sallam sendiri, yang sudah dijamin ma'sum, (terpelihara dari dosa),
dalam sehari mengucap istighfar sekurang-kurangnya 70 kali.
4. Insya Allah
Diucapkan ketika
seseorang berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini
akan mengingatkan kita, bahawa kehendak Allah Subhânahu wa Ta’âlâ adalah
di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi di masa akan
datang. Sebab itulah, tak akan pernah ada janji yang diikat 100 % antara
manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah (QS Al Kahfi:23~24).
Sayangnya, banyak orang menggunakan kalimat ini secara keliru, sehingga ada
anggapan bahawa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak
menepati janji. Perbuatan umum ini banyak terjadi dalam sebahagian masyarakat,
sehingga membuat banyak orang memandang negatif kalimat ini. Adalah tanggung
jawab kita bersama, kaum muslimin, untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai
dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan
bererti niat untuk melanggar, akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti
akan ditepati secara logika manusia, disertai tawakkal kepada Allah Subhânahu
wa Ta’âlâ.
Dzikir yang
merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan kekuasaan Allah Subhânahu
wa Ta’âlâ ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (berazam).
Kalimat thayyibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang. Setelah
dipertimbangkan dengan sewajarnya dan keputusan diambil, kita hendaklah
bertawakkal kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, yang dinyatakan dalam sikap
menerima risiko apapun yang akan terjadi nanti akibat keputusan tersebut. (QS
Ali Imran:159).
6. Laa Ilaaha Illallah[10]
Banyak hadis Nabi
Muhammad Salla Allah ‘Alaihi wa sallam yang menyebutkan keutamaan
kalimat thayyibah ini. Bahkan disebutkan pula sebagai kunci pintu syurga. Dalam
praktiknya, masih ramai kaum Muslimin yang melafazkan kalimat ini pada setiap
kesempatan. Sayangnya, masih hanya sekadar refleks bibir saja. Padahal,
andainya seseorang mengucapkan zikir ini sambil mengupas hikmahnya, sungguh
nikmat dan manfaatnya akan diperoleh tiada penghujungnya kerana erti dari
kalimat ini sangat luas. Dan manfaatnya pun boleh dirasakan di setiap waktu dan
dalam keadaan apapun. Intinya satu - mengingat kebesaran Allah Subhânahu wa
Ta’âlâ.
7. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun
Sungguh benar bahawa
manusia adalah milik Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan setiap inci
pergerakan tubuhnya berada dalam genggamanNya. Namun kenyataan bahawa segala
sesuatu itu pasti kembali kepada pemiliknya iaitu Allah Subhânahu wa Ta’âlâ
amat sulit untuk diterima oleh manusia. Zikir yang diucapkan di saat menghadapi
musibah ini (bukan hanya apabila mendengar berita kematian sebagaimana yang
biasa dilakukan dalam masyarakat kita hari ini) akan membantu kita untuk mengingati
akan hal ini. InsyaAllah, dengan membiasakan diri dengan kalimat ini, kita
menghadapi setiap peristiwa yang sudah menjadi takdir kita, seburuk manapun,
dengan tenang. Semakin dalam seseorang menghayati hikmah zikir ini, semakin
ringan dia menghadapi kehidupan yang berat ini.
E.
Korelasi Antara Do`a dan Dzikir
Dzikir itu ialah segala lafal (ucapan) yang disukai Allah, kita banyak membacanya untuk mengingat dan mengenang Allah subhānahuwata’ālā.[11]Jadi
berdzikir juga mencakup dzikir–dzikir yang khusus, semua
ibadah kita seperti kata–kata didalam shalat, seperti takbir, pujian
pemujian dan bacaan, termasuk seluruh Al-Qur’an serta do’a–do’a.[12]
Yang
perlu diingat adalah bahwa dzikir dan do’a adalah dua sisi
yang sama dan melengkapi. Semua dzikir adalah do’a amali (do’a praktis) dan
setiap do’a adalah dzikrullah. Karena do’a disamping mengandung sebuah
bentuk pengakuan, juga mengandung ma’rifat dan kebutuhan akan Allah subhānahu
wa ta’ālā.[13]
Inilah salah satu
dari rahmat dan kasih sayang Allah kepada kita yang sekali lagi kita tidak akan
sanggup menghitungnya. Karena rasa cintaNya kepada kita agar kelak di hari
kiamat kita mendapati kitab kita terisi dengan amalan shaleh yang banyak salah
satunya dengan amalan yang singkat dan mudah ini tapi pahalanya sungguh tidak
bisa kita gambarkan. Karena itu merugilah orag-orang yang mendapati kitabnya
sangat sedikit amal shalehnya melainkan mereka akan menyesali dan menyesali
dengan penyesalan yang sia-sia. Marilah wahai sahabatku kita istiqamah
mengamalkannya semoga Allah memudahkannya untuk kita.
Dari Abu Umamah radhiyallahu
anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melihatku menggerakkan bibirku [ lidahku ] , maka beliau bertanya, “apa yg kamu
ùcapkan wahai Abu Umamah?” aku menjawab “aku sedang berdzikir kepada Allah”
Nabi berkata “maukah kutunjukkan pada (dzikir) yg lebih baik dari dzikirmu
kepada Allah sepanjang malam dan siang hari? yaitu engkau mengucap: segala puji
bagi Allah sebanyak ciptaan-Nya, segala puji bagi Àllah meliputi seluruh
ciptaan-Nya, segala puji bàgi Allah sebanyak segala yang ada di langit dan di
bumi, segala puji bagi Allah sebanyak segala yang terhitung dalam kitab-Nya,
segala puji bagi Allah meliputi semua yang dapat dihitung dalam kitab-Nya,
segala puji bagi Allah sebanyak segala sesuatu, dan segala puji bagi Allah
meliputi segala sesuatu… kemudian hendaknya kau bertasbih kepada Allah dengan
jumlah yang serupa dengan ini.” kemudian dia berkata, “engkau ajarkanlah pada
orang-orang sesudahmu, maka engkau akan diberi pahala dari amal orang-orang
itu” (Dikeluarkan oleh Imam Nasa’i 6/50 hadits no 9994, dan Ibnu Khuzaimah
1/371 hadits nomor 754 dan Imam Thabrani 8/238 hadits no. 7930 dan di Shahihkan
oleh Syaikh Al Bani dalam kitab Shahihul Jami’ no 2615).
III.
Kesimpulan
Do’a secara bahasa
adalah memanggil, memohon, dari akar kata دَعَا
يَدْعُوْ دُعَاءً Yang berarti memanggil. Menurut istilah Ulama’ Ahli Gramatika Arab
(ahli nahwu), adalah mencari sesuatu atau memohon sesuatu dari orang yang lebih
rendah kepada dzat yanng lebih tinggi.
عن
النّعمان بن بشير رضي الله عنهما عن النّبيّ قال: الدّعاء هو العبادة, رواه أبو
داود و التّر مذيّ: وقال حديث حسن صحيح.[15]
Dzikir dengan hati,
yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam
fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam
semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.
Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah Subhânahu
wa Ta’âlâ akan bertambah.
Bismillahirrahmanirrahim
Diucapkan setiap
kita mengawali segala perbuatan. InsyaAllah, jika lidah kita terbiasa,
perbuatan ini sudah menjadi refleks kita, maka akan lebih mudah bagi kita untuk
menghindari perbuatan buruk kerana kita sentiasa diingatkan bahawa Allah Subhânahu
wa Ta’âlâ melihat perbuatan kita. Kalimat ini sekaligus mengingatkan kita,
bahawa segala sesuatu adalah milik Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, termasuk
diri kita yang hina ini. Juga setiap perbuatan kita, hendaknya semua berada di
garis yang ditetapkan Allah. Dalam sebuah hadis Rasulullah Salla Allah
‘Alaihi wa sallam bersabda: "Bahawa setiap perbuatan baik yang tidak
dimulai dengan kalimat Basmalah, maka perbuatan itu tak berkah."
Dzikir itu ialah segala
lafal (ucapan) yang disukai Allah, kita banyak membacanya untuk mengingat dan mengenang
Allah subhānahuwata’ālā.[16]Jadi berdzikir juga mencakup dzikir–dzikir yang khusus, semua
ibadah kita seperti kata–kata didalam shalat, seperti takbir, pujian pemujian
dan bacaan, termasuk seluruh Al-Qur’an serta do’a-do’a.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Shiddieqy(Ash),
Teungku Muhammad Hasbi. Pedoman Dzikir dan Do`a. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002).
Hawwa, Sa’id, Pendidikan Spiritual, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006).
R.W.J Austin
dkk, Shalat dan Perenungan (Dasar–dasar kehidupan Ruhani menuurutI bnu
Arabi), (Yogyakarta:Pustaka Sufi, 2001).
Ra'uf , Amrin, Fadhilah
dzikir dan do’a, (Jogjakarta: Najah, 2013).
Din(al-)
Al-Islam Yahya, Riyâda as-sahâliîn, (Ttp: Haramain, 2005).
Zuhri,
Saifudin, kado dari pesantren, (Mojokerto Jatim: Al MaBa, RMI dan Aswaja
Centre, november 2011).
[1] Saifudin Zuhri, kado dari pesantren, (Mojokerto Jatim: Al
MaBa, RMI dan Aswaja Centre, november 2011) 4:26-27.
[7] (QS :
Ibrahim:7)
[11]Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.Pedoman Dzikir dan Do`a. (Semarang: PTPustakaRizki Putra, 2002), 4.
[12]R.W.J Austin dkk, ShalatdanPerenungan (Dasar –
dasar kehidupan Ruhani menuurutI bnu Arabi), (Yogyakarta:Pustaka Sufi, 2001), 36-37.
[14]
file:///C:/Users/osnec-Acer/Downloads/Berdzikir Sekali Mendapat pahala
Berdzikir Sepanjang Malam dan Siang Hari _ Jilbab Online.htm.
[16]Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.Pedoman Dzikir dan Do`a. (Semarang: PTPustakaRizki Putra, 2002), 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar