Senin, 21 Desember 2015

Hadis-Hadis Dzikir dan Do'a

Hadis Hadis Dzikir dan do’a
Oleh: Muhammad Ibdaul Hasan Am Asroh
I.                   Pendahuluan
Sebagai makhluk Allah Subhânahu wa Ta’âlâ  yang diberi akal serta nafsu, tentunya setiap manusia memiliki keinginan dalam hidupnya, baik itu keingingan duniawi maupun akhirat. Keinginan tersebut tentunya akan terlaksana jika manusia berikhtiar, berusaha serta berdoa kepada Yang Maha Mengabulkan, al-Mujīb al-Da’wah, yakni Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Berdoa sendiri juga berfungsi sebagai dzikir ‘amaliy sebagai cara taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.
Namun banyak dari manusia yang tidak mengerti tata cara berdoa yang baik kepada Tuhannya, ada juga dari mereka yang berdoa hingga melampaui batas. Maka dari itu dalam al-Qur`an Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menjelaskan perintah serta tata cara berdoa yang baik kepada hamba-Nya supaya do`a mereka dikabulkan oleh-Nya. Begitu juga tatacara berdo’a juga terdapat di hadis-hadis Nabi Salla Allah ‘Alaihi wa sallam. Sebelumnya kami akan menunjukan apa itu dzikir, bentuk-bentuk dzikir beserta kalimat-kalimat yang termaktubnya. Begitu juga mengenai korelasi dzikir, pahala dibalik dzikir.
II.                Menjelaskan Makna Do’a
A.                Pengertian Do’a[1]
Do’a secara bahasa adalah memanggil, memohon, dari akar kata دَعَا يَدْعُوْ دُعَاءً Yang berarti memanggil. Menurut istilah Ulama’ Ahli Gramatika Arab (ahli nahwu), adalah mencari sesuatu atau memohon sesuatu dari orang yang lebih rendah kepada dzat yanng lebih tinggi.
Dan do’a menurut Ulama’ ahli Akhlak (tasawuf) adalah upaya untuk menghambakan diri kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dengan mengakui segala bentuk kelemahan, serta mengharab dan memohon rahmat dan pertolongan kepadan-Nya, sebagai wujud dari kepatuhan diri kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Karena ada perintah Allah “ Berdo’alah kalian semua kepadaku, niscaya aku akan mengabulkannya untuk kalian “.
Berdo’a hukumnya wajib, walaupun tanpa berdo’a rahmat dan pertolongan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ juga akan turun. Dilalah al Amri dalam do’a menunjukan dilalah wajib. Artinya, dalam kondisi yang sebagaimanapun, do’a tetap diperintahkan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Dan kita wajib menjalankannya, karena do’a yang afdlal adalah do’a yang dalam konteks menjalankan perintah, bukan do’a dalam konteks meminta jatah (rezeki) dari Allah. Walaupun juga tidak bisa dipersalahkan, do’a dalam konteks yang kedua ini.
Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa sallam bersabda;
الدُّعاَءُ سَلاَحُ المُؤمِن
Do’a adalah laksana pedang bagi orang mu’min.
Artinya, do’a adalah senjata, ketika kekuatan fisik, kekuatan inderawi sudah tidak memadai. Logikanya adalah seseorang itu akan mencabut pedang, kalau tangan kosong tidak mampu menghadapi. Seseorang akan memanjatkan do’a, ketika jiwa dan raganya tidak lagi mampu menanggung atau menghadapi masalah.
Makanya, dalam berdo’a, idealnya (umumnya) tidak memakai kalimat-kalimat yang mengandung unsur takabur, riya’, pamer ilmu dan lain-lain, kecuali shiqhat do’a yang sudah maurud dari Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa sallam.
B.                 Dalil-Dalil Tentang Do’a
Sebenarnya hadis di atas sudah cukup untuk memberikan tendensi tentang anjuran do’a. Hanya saja penyebutan hadis di atas bukan untuk menunjukan kewajiban dzikir. Adapun dalil mengenai dzikir, dalam Al-Qur’an Allah memberikan jalan salah satu firmanya ialah:

 [2]  ربّكم ادعونى أستجب لكم وقال
Selain dalil itu, Nabi juga menerangkan mengenai dzikir, bahwasanya dzikir itu sebagian dari ibadah
عن النّعمان بن بشير رضي الله عنهما عن النّبيّ قال: الدّعاء هو العبادة, رواه أبو داود و التّر مذيّ: وقال حديث حسن صحيح.[3]
         Dan dalam al-Qur’an Allah sangat jelas menganjurkan akan pentingya berdo’a dalam Surat Al-A’rāf ayat 55 dan 56:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (55) وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (56)
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an :

ﻭﺍﺩﻋﻮﻩ ﻣﺨﻠﺼﻴﻦ ﻟﻪ ﺍﻟﺪﻳﻦ

Artinya :"Dan berdo'alah kepada Tuhan dengan mengikhlaskan 'ibadat hanya untuknya" (Al-A'raf : 29).

         Dalam ayat ini Tuhan memerintahkan agar sekalian manusia berdo'a kepadanya & mengikhlaskan do'a itu hanya untuk-Nya.
C.    Bentuk-Bentuk Dzikir
1.      Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ akan bertambah.
2.      Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-Qur'an dan sebagainya.
3.      Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.
وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.[4]

D.    Kalimat Thaiyibah
 Dari Abu Hurairah Radiyallahuanhu katanya: Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa sallam bersabda: “ ada dua kalimat yang ringan pada lisan yakni mudah diucapkan tetapi berat sekali dalam timbangan di akhirat, dicintai oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ yaitu Subhanallah wa bihamdih dan Subhanallabil ‘azhim.”[5]
1. Bismillahirrahmanirrahim
         Diucapkan setiap kita mengawali segala perbuatan. InsyaAllah, jika lidah kita terbiasa, perbuatan ini sudah menjadi refleks kita, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menghindari perbuatan buruk kerana kita sentiasa diingatkan bahawa Allah Subhânahu wa Ta’âlâ melihat perbuatan kita. Kalimat ini sekaligus mengingatkan kita, bahawa segala sesuatu adalah milik Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, termasuk diri kita yang hina ini. Juga setiap perbuatan kita, hendaknya semua berada di garis yang ditetapkan Allah. Dalam sebuah hadis Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa sallam bersabda: "Bahawa setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan kalimat Basmalah, maka perbuatan itu tak berkah."
2. Alhamdulillah[6]
         Inti dari dzikir ini adalah ungkapan rasa syukur atas kurnia dan rahmat Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Sesungguhnya pancaran perasaan syukur adalah energi kehidupan yang sangat besar bagi manusia. Mereka yang paling banyak bersyukur bererti telah diberi banyak kelebihan berbanding orang lain. Mengenai hal ini, Allah telah berfirman: "Bahawa Allah akan menambah rahmat nikmatNya kepada mereka yang mampu bersyukur."[7] Dengan mengucap kalimat ini setiap selesai melakukan satu pekerjaan, manusia seakan menguatkan keyakinannya bahawa tak akan pernah terjadi sesuatupun tanpa campur tangan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Jika sesuatu itu baik, dirasakan sebagai pertolongan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Jika sesuatu itu kurang baik, tetap disyukuri dengan berkeyakinan bahawa itupun sudah lebih baik dari pada tidak sama sekali. Dan manakala seseorang telah terbiasa mengucap syukur untuk hal-hal yang kecil, maka ketika Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menganugerahkan nikmat yang lebih besar, maka kenikmatan yang dirasakan orang tersebut akan berlipat ganda.
3. Astaghfirullah[8]
         Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah berfirman: "Orang-orang yang berbuat kekejian atau menzalimi dirinya lalu ingat kepada Allah, maka minta ampunlah untuk mereka atas dosa-dosa yang dilakukan."[9] Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Dia menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah bisa berbuat silap, sekaligus Dia menyediakan 'ubat' bagi kesilapan tersebut. Bagi mereka yang pandai meminum ubat ini, maka mereka tak akan terserang penyakit hati yang lebih serius. Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertaubat dan sedar telah berbuat kesilapan. Umat Islam harus membasahkan bibir mereka dengan istighfar ini, sehingga noda-noda dosa yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera menompok menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin banyak noda-noda ini, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah bahawa kebanyakan kesalahan besar bermula dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak dibenarkan. Sayangnya, seringkali manusia terlambat menyedari kekhilafannya itu. Untuk menghindari kelambatan taubat, maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa sallam sendiri, yang sudah dijamin ma'sum, (terpelihara dari dosa), dalam sehari mengucap istighfar sekurang-kurangnya 70 kali.
4. Insya Allah
         Diucapkan ketika seseorang berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini akan mengingatkan kita, bahawa kehendak Allah Subhânahu wa Ta’âlâ adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi di masa akan datang. Sebab itulah, tak akan pernah ada janji yang diikat 100 % antara manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah (QS Al Kahfi:23~24). Sayangnya, banyak orang menggunakan kalimat ini secara keliru, sehingga ada anggapan bahawa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak terjadi dalam sebahagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang memandang negatif kalimat ini. Adalah tanggung jawab kita bersama, kaum muslimin, untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan bererti niat untuk melanggar, akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia, disertai tawakkal kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.
5. Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah (Hauqalah)
         Dzikir yang merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan kekuasaan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (berazam). Kalimat thayyibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang. Setelah dipertimbangkan dengan sewajarnya dan keputusan diambil, kita hendaklah bertawakkal kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, yang dinyatakan dalam sikap menerima risiko apapun yang akan terjadi nanti akibat keputusan tersebut. (QS Ali Imran:159).
6. Laa Ilaaha Illallah[10]
         Banyak hadis Nabi Muhammad Salla Allah ‘Alaihi wa sallam yang menyebutkan keutamaan kalimat thayyibah ini. Bahkan disebutkan pula sebagai kunci pintu syurga. Dalam praktiknya, masih ramai kaum Muslimin yang melafazkan kalimat ini pada setiap kesempatan. Sayangnya, masih hanya sekadar refleks bibir saja. Padahal, andainya seseorang mengucapkan zikir ini sambil mengupas hikmahnya, sungguh nikmat dan manfaatnya akan diperoleh tiada penghujungnya kerana erti dari kalimat ini sangat luas. Dan manfaatnya pun boleh dirasakan di setiap waktu dan dalam keadaan apapun. Intinya satu - mengingat kebesaran Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.
7. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun
         Sungguh benar bahawa manusia adalah milik Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan setiap inci pergerakan tubuhnya berada dalam genggamanNya. Namun kenyataan bahawa segala sesuatu itu pasti kembali kepada pemiliknya iaitu Allah Subhânahu wa Ta’âlâ amat sulit untuk diterima oleh manusia. Zikir yang diucapkan di saat menghadapi musibah ini (bukan hanya apabila mendengar berita kematian sebagaimana yang biasa dilakukan dalam masyarakat kita hari ini) akan membantu kita untuk mengingati akan hal ini. InsyaAllah, dengan membiasakan diri dengan kalimat ini, kita menghadapi setiap peristiwa yang sudah menjadi takdir kita, seburuk manapun, dengan tenang. Semakin dalam seseorang menghayati hikmah zikir ini, semakin ringan dia menghadapi kehidupan yang berat ini.
E.     Korelasi Antara Do`a dan Dzikir
Dzikir itu ialah segala lafal (ucapan) yang disukai Allah, kita banyak membacanya untuk mengingat dan mengenang Allah subhānahuwata’ālā.[11]Jadi berdzikir juga mencakup dzikir–dzikir yang khusus, semua ibadah kita seperti kata–kata didalam shalat, seperti takbir, pujian pemujian dan bacaan, termasuk seluruh Al-Qur’an serta do’a–do’a.[12]
Yang perlu diingat adalah bahwa dzikir dan do’a adalah dua sisi yang sama dan melengkapi. Semua dzikir adalah do’a amali (do’a praktis) dan setiap do’a adalah dzikrullah. Karena do’a disamping mengandung sebuah bentuk pengakuan, juga mengandung ma’rifat dan kebutuhan akan Allah subhānahu wa ta’ālā.[13]
F.     Pahala Dzikir[14]
         Inilah salah satu dari rahmat dan kasih sayang Allah kepada kita yang sekali lagi kita tidak akan sanggup menghitungnya. Karena rasa cintaNya kepada kita agar kelak di hari kiamat kita mendapati kitab kita terisi dengan amalan shaleh yang banyak salah satunya dengan amalan yang singkat dan mudah ini tapi pahalanya sungguh tidak bisa kita gambarkan. Karena itu merugilah orag-orang yang mendapati kitabnya sangat sedikit amal shalehnya melainkan mereka akan menyesali dan menyesali dengan penyesalan yang sia-sia. Marilah wahai sahabatku kita istiqamah mengamalkannya semoga Allah memudahkannya untuk kita.
         Dari Abu Umamah radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihatku menggerakkan bibirku [ lidahku ] , maka beliau bertanya, “apa yg kamu ùcapkan wahai Abu Umamah?” aku menjawab “aku sedang berdzikir kepada Allah” Nabi berkata “maukah kutunjukkan pada (dzikir) yg lebih baik dari dzikirmu kepada Allah sepanjang malam dan siang hari? yaitu engkau mengucap: segala puji bagi Allah sebanyak ciptaan-Nya, segala puji bagi Àllah meliputi seluruh ciptaan-Nya, segala puji bàgi Allah sebanyak segala yang ada di langit dan di bumi, segala puji bagi Allah sebanyak segala yang terhitung dalam kitab-Nya, segala puji bagi Allah meliputi semua yang dapat dihitung dalam kitab-Nya, segala puji bagi Allah sebanyak segala sesuatu, dan segala puji bagi Allah meliputi segala sesuatu… kemudian hendaknya kau bertasbih kepada Allah dengan jumlah yang serupa dengan ini.” kemudian dia berkata, “engkau ajarkanlah pada orang-orang sesudahmu, maka engkau akan diberi pahala dari amal orang-orang itu” (Dikeluarkan oleh Imam Nasa’i 6/50 hadits no 9994, dan Ibnu Khuzaimah 1/371 hadits nomor 754 dan Imam Thabrani 8/238 hadits no. 7930 dan di Shahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam kitab Shahihul Jami’ no 2615).
III.             Kesimpulan
         Do’a secara bahasa adalah memanggil, memohon, dari akar kata دَعَا يَدْعُوْ دُعَاءً Yang berarti memanggil. Menurut istilah Ulama’ Ahli Gramatika Arab (ahli nahwu), adalah mencari sesuatu atau memohon sesuatu dari orang yang lebih rendah kepada dzat yanng lebih tinggi.
عن النّعمان بن بشير رضي الله عنهما عن النّبيّ قال: الدّعاء هو العبادة, رواه أبو داود و التّر مذيّ: وقال حديث حسن صحيح.[15]
         Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ akan bertambah.
Bismillahirrahmanirrahim
         Diucapkan setiap kita mengawali segala perbuatan. InsyaAllah, jika lidah kita terbiasa, perbuatan ini sudah menjadi refleks kita, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menghindari perbuatan buruk kerana kita sentiasa diingatkan bahawa Allah Subhânahu wa Ta’âlâ melihat perbuatan kita. Kalimat ini sekaligus mengingatkan kita, bahawa segala sesuatu adalah milik Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, termasuk diri kita yang hina ini. Juga setiap perbuatan kita, hendaknya semua berada di garis yang ditetapkan Allah. Dalam sebuah hadis Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa sallam bersabda: "Bahawa setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan kalimat Basmalah, maka perbuatan itu tak berkah."
         Dzikir itu ialah segala lafal (ucapan) yang disukai Allah, kita banyak membacanya untuk mengingat dan mengenang Allah subhānahuwata’ālā.[16]Jadi berdzikir juga mencakup dzikir–dzikir yang khusus, semua ibadah kita seperti kata–kata didalam shalat, seperti takbir, pujian pemujian dan bacaan, termasuk seluruh Al-Qur’an serta do’a-do’a.



Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Shiddieqy(Ash), Teungku Muhammad Hasbi. Pedoman Dzikir dan Do`a. (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002).
Hawwa, Sa’id, Pendidikan Spiritual, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006).
R.W.J Austin dkk, Shalat dan Perenungan (Dasar–dasar kehidupan Ruhani menuurutI bnu Arabi), (Yogyakarta:Pustaka Sufi, 2001).
Ra'uf , Amrin, Fadhilah dzikir dan do’a, (Jogjakarta: Najah, 2013).
Din(al-) Al-Islam Yahya, Riyâda as-sahâliîn, (Ttp: Haramain, 2005).
Zuhri, Saifudin, kado dari pesantren, (Mojokerto Jatim: Al MaBa, RMI dan Aswaja Centre, november 2011).



[1] Saifudin Zuhri, kado dari pesantren, (Mojokerto Jatim: Al MaBa, RMI dan Aswaja Centre, november 2011) 4:26-27.
[2] Al-Islam Yahya al-din, Riyâda as-sahâliîn, (Ttp: Haramain, 2005), hal: 555.
[3] Ibid., 555
[4] (QS. Al-Baqarah : 152).
[5] Al-Islam Yahya al-din, Riyâda as-sahâliîn, (Ttp: Haramain, 2005), hal: 555.
[6] Amrin Ra'uf, Fadhilah dzikir dan do’a, (Jogjakarta: Najah, 2013), hal: 9.
[7] (QS : Ibrahim:7)
[8] Amrin Ra'uf, Fadhilah dzikir dan do’a, (Jogjakarta: Najah, 2013), hal: 7.
[9] (QS Ali Imran:135).
[10] Amrin Ra'uf, Fadhilah dzikir dan do’a, (Jogjakarta: Najah, 2013),hal: 10.
[11]Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.Pedoman Dzikir dan Do`a. (Semarang: PTPustakaRizki Putra, 2002), 4.
[12]R.W.J Austin dkk, ShalatdanPerenungan (Dasar – dasar kehidupan Ruhani menuurutI bnu Arabi), (Yogyakarta:Pustaka Sufi, 2001), 36-37.
[13]Sa’id Hawwa.,Pendidikan Spiritual, (Yogyakarta:MitraPustaka, , 2006), 526.
[14] file:///C:/Users/osnec-Acer/Downloads/Berdzikir Sekali Mendapat pahala Berdzikir Sepanjang Malam dan Siang Hari _ Jilbab Online.htm.
[15] Ibid., 555
[16]Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy.Pedoman Dzikir dan Do`a. (Semarang: PTPustakaRizki Putra, 2002), 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar