Selasa, 10 November 2015

Tafsiran Ayat Tentang Langit

Tafsiran Ayat Tentang Langit 
Oleh: Muhammad Ibdaul Hasan 
I.                   Pendahuluan
    Allah Subhânahu wa Ta’âlâ merupakan satu satunya pencipta alam ini, Dalam berbagai ayat, Al Qur’an banyak memberikan indikasi tentang jagat raya dengan segala bagian-bagiannya (langit, bumi, segala benda lainnya yang muldimensional). Isyarat-isyarat itu menunjukkan bukti (istidlal) atas kekuasaan Allah yang tidak terbatas, ilmu dan hikmah (kemahabijaksanaan)Nya yang sangat sempurna dalam menciptakan jagat raya ini. Itu semua sebagai hujjah (argumentasi) terhadap orang-orang kafir, musyrik dan kaum skeptis, dan sekaligus mengukuhkan hakikat uluhiyah Allah, Rabb alam semesta.
Berangkat dari permasalahan di atas, makalah ini akan mengulas mengenai pengertian langit, langit dalam penciptaan, yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang merujuk pada Al-Qur’an.
II.                Pengertian Langit
      Dalam bahasa Arab, langit disebut sebagai as-sama’ yang merupakan mufrod dari kata as-samawat. Di dalam al-Qur’an, kata tersebut disebutkan sebanyak 310 kali secara terpisah di beberapa surat. Dalam bentuk mufrod disebut sebanyak 120 kali, sedangkan disebutkan dalam bentuk jamak sebanyak 190 kali. Louis Ma’luf dalam kamus al-Munjid mendefinisikan langit sebagai sesuatu yang kita lihat berada di atas kita, seperti atap yang berwarna biru, yang melingkupi bumi atau sesuatu yang melingkupi bumi dari angkasa yang sangat luas.[1]
Sedangkan Ir. Abdurrazaq Nouval mendefinisikan langit sebagai sesuatu yang di atas kita yang tentunya akan melindungi kita. Dengan demikian, langit bisa juga disebut dengan atap rumah yang akan selalu melindungi seluruh alam. Kalau dalam ilmu pengetahun, langit yaitu segala apa yang ada di sekeliling benda-benda yang terdiri dari bintang-bintang dan kumpulan-kumpulan tata surya. Itu artinya, langit merupakan segala sesuatu yang meliputi bumi.[2]
Kata langit dan langit-langit (As-Sama’ Was Samawat) datang berulang-ulang dalam al-Qur’an, berikut adalah penjelasan dan definisi ilmiahnya: Ilmu pengetahuan menginterpretasikan langit sebagai bola dunia yang menghimpun seluruh garis-garis orbit (Al-Aflaak) dan bintang-bintang di majarroh kita yakni batas-batas alam material kita. Dan interpretasi ini sesuai dengan interpretasi imam Muhammad Abduh ketika mengatakan: langit (As-Sama’u) adalah nama bagi sesuatu yang berada di atas anda dan tinggi di atas kepala anda; anda ketika mendengar kata langit ini sebenarnya membayangkan alam yang berada di atas anda ini; di langit itu terdapat matahari dan bulan serta planet-planet lain yang berjalan di garis-garis edar dan bergerak di garis-garis orbitnya.
Inilah yang disebut langit, ia dibangun oleh Allah yakni Dia yang meninggikannya dan menjadikan setiap planetnya sebagai bata dari bangunan atapnya atau sebagai tembok yang mengelilinginya dan planet-planet yang berjalan ini satu sama lain saling tarik-menarik dengan hukum gravitasi yang universal sebagaimana bagian-bagian satu bangunan dihubungkan dengan meletakkan materi antara bangunan itu yang dipergunakan untuk saling tarik-menarik.
Di antara hal-hal yang perlu dijelaskan ialah bahwa langit itu menunjukkan kehampaan yang terakhir di dalam alam dan yang tidak mungkin jika ia kosong tidak diduduki oleh sesuatu, tetapi ia dipenuhi oleh penengah yang non-material (ruang hampa udara yang disebut eter dan di dalam penengah yang non-material inilah kekuatan non-material seperti gelombang-gelombang Al-Asliki atau radio, radar, sinar panas dan kekuatan-kekuatan ini diberi nama gelombang-gelombang eter.[3]




III.             Penafsiran ayat
A.    Penafsiran surat al-Fusilat 11
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
Artinya: Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
1.      Penjelasan ayat
فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman kepada langit dan bumi: datanglah kalian, saya akan menciptakan sesuatu di dalam kalian. Adapun engkau langit maka kami nampakkan apa yang kami ciptakan di dalamnya berupa matahari, bulan, dan bintang. Dan sedangkan engkau bumi maka kami keluarkan apa yang kami ciptakan di dalamnya berupa pohon-pohon, buah, dan tumbuh-tumbuh-tumbuhan.[4]
قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينkami datang seraya kami berkata kepada tuhan kami, kami menerima perintahmu dan kami tidak akan mendustai perintahmu.
Ibnu ‘Abbas berkata pada lafad فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًاbeliau berkata: Allah berkata kepada langit: saya menampakkan matahari dan rembulan begitu juga dengan para bintang. Dan Allah berkata kepada bumi: saya mengeluarkan buah-buahan begitupula saya tumbuhkan pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan.[5]

B.     Penafsiran surat Al-Ambiya’ 104
يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
Artinya: (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.
1.      Penjelasan ayat
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman, inilah kejadian hari kiamat يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ “Yaitu pada hari kami gulung langit seperti kami menggulung lembaran-lembaran kertas”, al-Bukhari berkata pada Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda:
إنّ الله يقبض يوم القيامة الأراضين وتكون السّموات بيمينه
" Sesungguhnya Allah menggenggam bumi pada hari kiamat, sedangkan langit berada di tangan kanan-Nya.” Lafazh ini hanya diriwayatkan oleh al-Bukhari.[6]
Ibnu Abi Hatim berkata bahwa Ibnu ‘Abbas: Allah menggulung tujuh lapis dengan makhluk yang ada di dalamnya serta tujuh lapis bumi dengan makhluk yang ada di dalamnya yang kesemuanya di gulung dengan tangan kanan-Nya. Semua itu berada di tangan-Nya seperti sebuah biji kecil.
Apa yang di maksud  hari di situ merupakan hari kiamat sesuai firman Allah yang lain dalam surat az-zumar 68
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.[7]
Pada lafad كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ, yaitu sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Dikatakan, yang dimaksud as-Sijl adalah kitab. Kata as-Sijl dalam kitab jalalain artinya ialah malaikat pencatat amal perbuatan amalan anak adam, sewaktu anak bersangkutan mati.[8]
Pendapat yang shahih dari Ibnu ‘Abbas bahwa as-Sijl adalah lembaran-lembaran. Pendapat ini dikatakan oleh Ali bin Abi Thalhah dan al-‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas dan dinashkan oleh Mujahid, Qatadah dan selain mereka serta dipilih oleh Ibnu Jarir, karena kata itulah yang dikenal dalam bahasa. Atas dasar ini, maka maknanya adalah: pada hari kami gulung langit seperti gulungan kertas dengan makna sesuatu yang ditulis, seperti firman-Nya:فلمّا أسلم وتله للجبين “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya,(nyatalah kesabaran keduanya)(Q.S ash-Shaaffaat:103).[9]

D. penafsiran ayat Addzariyat 47
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
Artinya: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.
1.      penafsiran ayat
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman seraya mengingatkan penciptaan alam bagian atas dan alam bagian bawah وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا “Dan langit itu kami bangun”. Maksudnya, kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara dan tinggi. بِأَيْدٍ “dengan kekuasaan” maksudnya dengan kekuatan. Dalam kitab jalalain juga di katakan bahwa بِأَيْدٍ bermakna kekuatan.[10] Demikian yang dikemukakan Ibnu ‘Abbas Radiyallahuanhu, mujahid, Qatadah, ats-Tsauri dan lain-lain. وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ ‘dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya” maksudnya, kami telah menjadikan seluruh penjurunya luas, kemudian kami meninngikannya tanpa menngunakan tiang kemudian ia menggantung sebagaimana adanya.[11]
Lafad وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ artinya ialah Allah mengangkat langit dengan daya kekuatan. Pengertian ini di ta’wili oleh ahli ta’wil dengan kekuatan diambil dari hadis yang diriwayatkan Ibnu ‘Abbas:[12]
يقول : بقوّة عن ابن عباس قوله وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ
IV.             Kesimpulan
     Dalam bahasa Arab, langit disebut sebagai as-sama’ yang merupakan mufrod dari kata as-samawat. Di dalam al-Qur’an, kata tersebut disebutkan sebanyak 310 kali secara terpisah di beberapa surat. Dalam bentuk mufrod disebut sebanyak 120 kali, sedangkan disebutkan dalam bentuk jamak sebanyak 190 kali. Louis Ma’luf dalam kamus al-Munjid mendefinisikan langit sebagai sesuatu yang kita lihat berada di atas kita, seperti atap yang berwarna biru, yang melingkupi bumi atau sesuatu yang melingkupi bumi dari angkasa yang sangat luas.
فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman kepada langit dan bumi: datanglah kalian, saya akan menciptakan sesuatu di dalam kalian. Adapun engkau langit maka kami nampakkan apa yang kami ciptakan di dalamnya berupa matahari, bulan, dan bintang. Dan sedangkan engkau bumi maka kami keluarkan apa yang kami ciptakan di dalamnya berupa pohon-pohon, buah, dan tumbuh-tumbuh-tumbuhan.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Dimisyqi (al-), Abî al-Fidâ’ Ismail, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, (Dar Taibah, Saudi Arab, 1999) 5:382.
Ibrahim, Muhammad Ismail, Sisi Mulia: Agama dan Ilmu, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), h. 85-86.
Mahalli (al-),  Jalaluddin dan Suyuti (as-), Jalaluddin Tafsir Jalalain,(Dar Al-Kutub, jakarta, 2011), 636.

Nor Ichwan Mohammad, Tafsir ‘Ilmiy; Memahami Al-Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, (Yogyakarta; Menara Kudus, 2004), h. 188-189.

Noval, Abdurrozaq, Langit dan Para Penghuninya.
Tabari (At-), Ibnu Jarir, Jamiul bayan,(Dar fikr: ttp, 2009), 13:10.



[1] Mohammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy; Memahami Al-Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, (Yogyakarta; Menara Kudus, 2004), h. 188-189.
[2] Abdurrozaq Noval, Langit dan Para Penghuninya.
[3] Muhammad Ismail Ibrahim, Sisi Mulia: Agama dan Ilmu, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), h. 85-86.
[4] Ibnu Jarir At-Tabari, Jamiul bayan,( ttp: Dar fikr, 2009), 12:108.
[5] Ibid., 12:108.
[6] Abî al-Fidâ’ Ismail al-Dimisyqi, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, (Saudi Arab: Dar Taibah, 1999) 5:382.
[7] Ibid.,5:382.
[8] Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-suyûti, Tafsir Jalalain,( jakarta:Dar Al-Kutub, 2011), 418.
[9] Abî al-Fidâ’ Ismail al-Dimisyqi, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, (Saudi Arab, Dar Taibah, 1999) 5:382.
[10] Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-suyuti, Tafsir Jalalain,( jakarta:Dar Al-Kutub, , 2011), 636.
[11] Ibid., 7:543.
[12] Ibnu Jarir At-Tabari, Jamiul bayan,( ttp: Dar fikr, 2009), 13:10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar